Kawasan bukit kecamatan Senduro kabupaten Lumajang |
Lumajang
- Musim hujan memang menjadi berkah bagi warga setempat.
Sebab, berbagai jenis tanaman sayur-sayuran dapat tumbuh subur.
Namun, di balik semua itu, sebagian warga
mengaku khawatir, pasalnya hujan deras yang turun kadang mendatangkan musibah
longsor di kawasan berbukit tersebut.
Di Desa Argosari Kecamatan Senduro
terdapat banyak lereng-lereng curam dengan kemiringan hampir 80° yang dimanfaatkan
menjadi lahan pertanian oleh warga setempat. Perkebunan warga berupa tanaman
sayur-sayuran seperti bawang daun, kubis, kentang, wortel, dan cabe yang
membentuk petak miring menyesuaikan kontur tanah perbukitan memang menjadi daya
tarik tersendiri kawasan ini.
Saujana, hampir seluruh lahan di Desa
Argosari pada lereng-lereng yang curam tidak sesuai dengan kaidah konservasi
tanah. Pola tanam secara vertikal diterapkan pada lahan sayuran di perbukitan
yang membahayakan. Pola tanam tersebut rawan memicu terjadinya longsor.
Selain itu ketika curah hujan tinggi,
kontur tanah juga labil sehingga mudah terkikis turun dan dapat menyebabkan
longsor. Bahkan sampai-sampai jarang terdapat tanaman pohon berakar kuat yang
mampu mencengkeram tanah dan pola tanam lorong atau sabuk gunung hampir jarang
diterapkan.
“Kalau longsor di jalan depan rumah warga
itu sudah tidak terhitung berapa kali saat musim hujan. Tetapi, hal itu
langsung diatasi oleh warga sendiri. Karena mereka kan kepentingannya
untuk bepergian ke kota untuk menjual hasil pertanian. Tetapi, kalau rumah
sangat jarang yang parah,” ungkap Bukhori warga Desa Argosari.
“Intensitas hujan yang tinggi sering
mengakibatkan tanah longsor. Beberapa kali musibah longsor tersebut menutupi
sebagian jalan desa. Sehingga warga sering melakukan kerja bakti membersihkan
jalan desa itu sendiri karena digunakan untuk akses berdagang. Namun, pada hari
Kamis (11-11-2021) kemarin, terjadi longsor yang membuat macet akses jalan
satu-satunya dari Desa Argosari – Desa Kandangtepus menuju Lumajang selama
kurang lebih 4 jam, kejadian tersebut sungguh sangat merepotkan,” tambahnya.
Menurut pandangan aktifis lingkungan
hidup dan kehutanan Deddy Hermansjah, “pola tanam yang direkomendasikan untuk
kawasan perbukitan adalah menggunakan model pertanaman lorong. Di beberapa
titik pada kawasan tersebut perlu ditanami pohon tegakan berakar kuat yang
mampu mencengkeram tanah. Sehingga air hujan tersebut tidak langsung turun ke
bawah, tetapi berbelok-belok,” paparnya.
“Umumnya disebut nyabuk gunung. Tetapi sekarang sebagian besar lahan pertanian di Desa Argosari ditanami bawang daun, kubis sama kentang, sekitar hampir 70 persen-lah. Teman-teman penyuluh pertanian juga sudah sering menyarankan untuk dipasang mulsa plastik. Karena tanahnya gembur, supaya tidak langsung turun kalau terkena hujan,” pungkasnya. (Her)